indosiar.site Bencana yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mengakibatkan kerusakan infrastruktur cukup parah, termasuk jaringan komunikasi. Hilangnya akses internet membuat proses penanganan darurat terganggu. Warga kesulitan menghubungi keluarga. Petugas di lapangan juga tidak dapat melakukan koordinasi secara optimal.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, TNI Angkatan Darat mengirim puluhan perangkat Starlink ke sejumlah titik terdampak. Langkah ini dilakukan untuk memulihkan jaringan komunikasi yang terputus akibat bencana. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak mengatakan bahwa perangkat Starlink dikirim agar masyarakat kembali bisa berkomunikasi dan petugas dapat bekerja lebih efektif.
Starlink Jadi Solusi Cepat Saat Telepon dan Internet Lumpuh
Banyak daerah yang terdampak berada di lokasi terpencil. Infrastruktur telekomunikasi di sana mudah rusak ketika banjir dan tanah longsor terjadi. Menara BTS roboh. Kabel putus. Listrik padam. Dalam kondisi seperti ini, internet satelit menjadi pilihan paling memungkinkan untuk mengembalikan akses komunikasi.
TNI AD memanfaatkan perangkat Starlink karena instalasinya cepat, jangkauannya luas, dan tidak bergantung pada infrastruktur darat. Setelah perangkat dipasang, akses internet dapat pulih hanya dalam hitungan menit. Teknologi ini memungkinkan petugas dan warga kembali mengakses informasi penting, termasuk data korban, kondisi cuaca, dan jalur evakuasi.
Pemasangan Starlink dilakukan di beberapa posko utama, rumah sakit lapangan, dan titik pengungsian. Hal ini dilakukan agar distribusi informasi berjalan lancar.
Persoalan Baru: Siapa yang Menanggung Biaya Pulsa?
Meski pengiriman perangkat berlangsung cepat, ada satu persoalan yang mengemuka. Jenderal Maruli menyebutkan bahwa belum ada kejelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas biaya layanan atau “pulsa” Starlink. Perangkatnya berasal dari Kementerian Pertahanan dan TNI AD. Namun biaya langganan bulanannya belum ditentukan.
Maruli menegaskan bahwa situasi ini mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Pemerintah dan lembaga terkait masih mencari mekanisme terbaik untuk pembiayaan layanan ini. Walaupun demikian, TNI AD tetap memasang dan mengoperasikan perangkat Starlink agar masyarakat dan petugas bisa langsung merasakan manfaatnya.
Ia juga menambahkan bahwa kebutuhan komunikasi di wilayah bencana jauh lebih mendesak daripada persoalan teknis terkait pembayaran. Pembahasan biaya akan dituntaskan setelah situasi darurat lebih terkendali.
Peran Internet dalam Operasi Penyelamatan
Kehadiran akses internet sangat penting dalam operasi penanganan bencana. Tim SAR membutuhkan komunikasi lancar agar dapat mengatur jalur evakuasi. Petugas medis memerlukan koneksi untuk mengirim laporan kondisi korban ke pusat komando. Petugas logistik memonitor pengiriman bantuan dengan bantuan sistem digital.
Tanpa jaringan, proses ini berjalan lambat dan tidak terkoordinasi. Banyak laporan dari lapangan yang tertunda. Informasi tidak sampai dengan cepat. Kondisi seperti itu dapat menghambat upaya penyelamatan jiwa.
Dengan Starlink, hambatan tersebut bisa diminimalisasi. Satelit menyediakan koneksi yang stabil meskipun daerah bencana berada di pegunungan, lembah, atau lokasi terpencil.
Respons Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Masyarakat di daerah terdampak menyambut baik kehadiran akses internet satelit. Warga yang terisolasi selama beberapa hari dapat kembali menghubungi keluarga. Banyak yang memanfaatkan jaringan tersebut untuk memberi kabar, meminta bantuan, atau mencari informasi terkait kondisi wilayah mereka.
Pemerintah daerah juga merasa terbantu. Mereka dapat kembali berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan lembaga terkait lainnya. Informasi kondisi lapangan bisa dikirim secara real-time, sehingga keputusan lebih cepat diambil.
Posko pengungsian yang sebelumnya kesulitan melaporkan kebutuhan mendesak kini dapat melakukannya dengan mudah. Terutama untuk kebutuhan air bersih, logistik, obat-obatan, dan tenda tambahan.
TNI AD Bekerja Bersama BNPB, Basarnas, dan Pemerintah Daerah
Pengiriman perangkat Starlink merupakan bagian dari operasi gabungan. TNI AD bekerja bersama BNPB, Basarnas, dan instansi pemerintah lainnya. Upaya pemulihan difokuskan pada daerah yang paling parah terdampak. Selain perangkat komunikasi, TNI AD juga mengirim alat berat, perahu, tenda, hingga tenaga medis.
Maruli menjelaskan bahwa dukungan lintas lembaga penting untuk mempercepat proses pemulihan. Tidak semua daerah dapat ditangani hanya oleh satu instansi. Dibutuhkan sinergi agar seluruh kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Starlink Sebagai Teknologi yang Semakin Penting di Situasi Bencana
Penggunaan internet satelit bukan hal baru. Namun intensitas bencana yang semakin meningkat membuat teknologi ini menjadi kebutuhan vital. Indonesia, dengan kondisi geografis kepulauan, memiliki banyak wilayah sulit dijangkau. Ketika terjadi bencana besar, teknologi berbasis satelit merupakan salah satu solusi tercepat yang bisa diandalkan.
TNI AD melihat potensi besar dari penggunaan Starlink. Pengalaman dari bencana di Sumatera menunjukkan bahwa teknologi ini layak dipertimbangkan untuk digunakan lebih luas dalam operasi kemanusiaan.
Penutup: Teknologi untuk Menjawab Darurat
Meski persoalan mengenai pembiayaan pulsa Starlink masih menunggu kejelasan, langkah TNI AD mengirimkan perangkat tersebut membuktikan bahwa pemerintah hadir secepat mungkin di tengah krisis. Kehadiran internet satelit memberi harapan baru bagi masyarakat yang terisolasi akibat bencana.
Dengan kolaborasi berbagai pihak dan penggunaan teknologi modern, upaya penyelamatan dapat berjalan lebih efektif. Situasi darurat membutuhkan respons cepat. Starlink menjadi salah satu jawaban untuk menghubungkan kembali masyarakat dengan dunia luar.

Cek Juga Artikel Dari Platform seputardigital.web.id
