indosiar.site Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menyatakan sikap resmi terkait penganugerahan gelar pahlawan nasional yang diberikan oleh pemerintah kepada sejumlah tokoh bangsa. Melalui pernyataan politikus Guntur Romli, partai tersebut menegaskan bahwa mereka hanya menerima gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada sembilan tokoh, di antaranya Gus Dur dan Marsinah.
Namun, PDI Perjuangan menolak pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Keputusan ini didasari pertimbangan sejarah, etika politik, dan komitmen partai terhadap nilai-nilai Reformasi 1998 yang menjadi fondasi penting demokrasi di Indonesia.
“PDI Perjuangan menerima gelar pahlawan bagi Gus Dur, Marsinah, dan tokoh lain. Tapi kami menolak gelar pahlawan untuk Soeharto,” ujar Guntur Romli.
Pertimbangan Ideologis dan Sejarah Reformasi 1998
Menurut Guntur, pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto dianggap tidak sesuai dengan semangat Reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru. Ia menilai keputusan tersebut dapat mencederai perjuangan rakyat pada masa peralihan menuju demokrasi yang lebih terbuka.
“Memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto sama saja dengan pengkhianatan terhadap semangat Reformasi ’98,” tegasnya. Guntur menambahkan, partainya tidak menolak penghargaan terhadap tokoh-tokoh lain yang memang berjasa, namun mereka ingin memastikan bahwa gelar pahlawan diberikan kepada sosok yang memiliki rekam jejak positif terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan rakyat.
PDI Perjuangan selama ini dikenal sebagai partai yang lahir dan tumbuh di tengah perjuangan politik melawan otoritarianisme. Sikap kritis terhadap warisan Orde Baru menjadi bagian dari identitas ideologis partai ini, sehingga keputusan menolak gelar bagi Soeharto dianggap sebagai konsistensi atas nilai-nilai tersebut.
Daftar Tokoh yang Diterima sebagai Pahlawan Nasional
Dalam pernyataannya, Guntur menyebut bahwa partainya menghormati keputusan pemerintah yang memberikan gelar pahlawan nasional kepada sembilan tokoh. Di antara nama-nama tersebut, terdapat sosok yang dianggap berjasa besar bagi demokrasi, kemanusiaan, dan perjuangan sosial di Indonesia.
Nama Abdurrahman Wahid (Gus Dur) disebut sebagai simbol toleransi dan pluralisme yang layak mendapatkan pengakuan nasional. Sementara Marsinah, aktivis buruh yang gugur karena memperjuangkan hak pekerja, dianggap mewakili semangat keadilan sosial yang sejalan dengan cita-cita bangsa.
Selain keduanya, tokoh lain yang menerima gelar pahlawan juga memiliki kontribusi signifikan di bidang pendidikan, kebudayaan, dan perjuangan kemerdekaan. Guntur menegaskan bahwa PDI Perjuangan menghargai semua nama tersebut karena dedikasi mereka memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
Alasan Penolakan terhadap Soeharto
PDI Perjuangan memandang Soeharto sebagai figur yang masih menyisakan kontroversi sejarah. Meskipun memiliki peran dalam pembangunan ekonomi nasional, masa pemerintahannya juga diwarnai oleh pelanggaran hak asasi manusia, pembatasan kebebasan pers, serta pembungkaman terhadap partai politik dan organisasi masyarakat.
Menurut Guntur, pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto berpotensi menghapus luka sejarah dan mengaburkan makna perjuangan rakyat yang menuntut keadilan di era Reformasi. “Kita tidak menutup mata terhadap jasa, tapi kita juga tidak bisa menutup telinga terhadap penderitaan yang terjadi di masa itu,” ujarnya.
Sikap ini dianggap sebagai bentuk tanggung jawab moral agar generasi muda memahami sejarah secara jujur dan tidak melupakan perjalanan panjang menuju demokrasi. “Menghormati pahlawan berarti juga menghormati kebenaran sejarah,” tambahnya.
Reaksi Publik dan Dinamika Politik Nasional
Sikap tegas PDI Perjuangan ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat dan pengamat politik. Sebagian menilai keputusan partai tersebut sebagai langkah berani untuk menjaga prinsip ideologis di tengah tekanan politik. Namun, ada pula yang menganggap bahwa penolakan terhadap Soeharto justru bisa memicu perdebatan baru tentang cara bangsa ini menilai sejarah.
Beberapa kalangan akademisi menilai, penganugerahan gelar pahlawan seharusnya dilihat dari konteks kontribusi nasional yang lebih luas. Namun, bagi sebagian lain, rekonsiliasi sejarah tidak boleh mengorbankan nilai-nilai keadilan dan kebenaran.
PDI Perjuangan sendiri menegaskan bahwa sikap mereka bukanlah bentuk kebencian, melainkan komitmen untuk menjaga marwah perjuangan rakyat. “Kami ingin agar penganugerahan gelar pahlawan benar-benar mencerminkan nilai-nilai perjuangan yang bersih dan berintegritas,” kata Guntur.
Refleksi atas Arti Pahlawan di Era Modern
Perdebatan soal siapa yang layak disebut pahlawan nasional sebenarnya mencerminkan dinamika sosial dan politik bangsa Indonesia. Di era modern, makna kepahlawanan tidak lagi hanya diukur dari perjuangan fisik, tetapi juga dari kemampuan seseorang menjaga moralitas, integritas, dan keberpihakannya kepada rakyat.
PDI Perjuangan memandang bahwa gelar pahlawan harus diberikan kepada sosok yang menginspirasi perjuangan kemanusiaan, bukan hanya keberhasilan politik atau ekonomi. Dalam konteks ini, mereka menganggap bahwa memberi gelar kepada Soeharto justru bisa menimbulkan bias sejarah dan memicu luka kolektif masyarakat.
Kesimpulan: Menjaga Nilai Reformasi dan Keadilan Sejarah
Sikap PDI Perjuangan yang menolak gelar pahlawan bagi Soeharto menunjukkan konsistensi partai dalam mempertahankan nilai-nilai Reformasi. Keputusan ini menjadi penegasan bahwa perjuangan politik bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi tentang keberanian menjaga integritas sejarah.
Melalui pernyataan Guntur Romli, PDI Perjuangan ingin memastikan bahwa makna pahlawan tetap suci dan tidak dipolitisasi. Gelar pahlawan, menurut mereka, harus menjadi simbol perjuangan moral dan kemanusiaan yang sejati.
Dengan begitu, bangsa Indonesia diingatkan untuk tidak melupakan masa lalu, namun juga belajar darinya. Menghargai jasa pahlawan berarti menghormati kebenaran sejarah — dan dari situlah semangat Reformasi terus hidup untuk membangun Indonesia yang adil, demokratis, dan berdaulat.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritapembangunan.web.id
