indosiar.site Jejak penangkapan gembong narkoba internasional, Dewi Astutik, tidak terjadi begitu saja. Kasus ini berawal dari aksi Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta yang berhasil menggagalkan penyelundupan narkotika jenis heroin seberat 2,3 kilogram. Kiriman itu ternyata terhubung langsung dengan aktivitas Dewi. Temuan inilah yang kemudian membuka jalan bagi aparat untuk menelusuri jaringan yang jauh lebih besar dan beroperasi lintas negara.
Keberhasilan tersebut sekaligus menandai titik penting dalam investigasi. Paket narkoba bukan sekadar upaya penyelundupan biasa. Barang bukti itu menjadi petunjuk bahwa ada sosok yang memiliki kemampuan dan jaringan kuat di baliknya. Dari sinilah perjalanan panjang intelijen dimulai.
Bea Cukai Menjadi Pemicu Terbukanya Jaringan
Menurut Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta, keberhasilan menggagalkan penyelundupan heroin 2,3 kilogram merupakan salah satu kunci dalam proses penangkapan Dewi Astutik di Kamboja. Penyelundupan itu memiliki pola yang sama dengan beberapa temuan sebelumnya. Data penerima, pengirim, dan jalur distribusi menunjukkan hubungan yang kuat dengan aktivitas Dewi.
Tim Bea Cukai melakukan pemeriksaan mendalam terhadap barang bukti. Setiap detail pada paket dianalisis. Mulai dari pengemasan, dokumen pengiriman, hingga pola pergerakan barang dari negara asal. Semua data itu dikombinasikan untuk membangun gambaran besar tentang jaringan yang beroperasi di balik layar. Temuan-temuan ini kemudian diteruskan kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai dasar investigasi lanjutan.
BNN Memperluas Penelusuran hingga Lintas Negara
Setelah menerima informasi dari Bea Cukai, BNN mulai melakukan penelusuran lebih dalam. Hasilnya menunjukkan bahwa Dewi bukanlah pemain baru. Ia terhubung dengan jaringan narkotika internasional yang memiliki struktur rapi. Modusnya bervariasi, mulai dari pengiriman barang melalui jalur kargo, memanfaatkan kurir asing, hingga memakai identitas fiktif.
BNN kemudian melibatkan lembaga penegak hukum di luar negeri, karena ada dugaan kuat bahwa Dewi beroperasi dari kawasan Asia Tenggara. Setelah menelusuri komunikasi yang disita dari kurir, menyelidiki aliran dana, serta memetakan transaksi digital, nama Kamboja muncul sebagai titik aktivitas utama.
Informasi itu menjadi dasar bagi tim gabungan untuk berkoordinasi dengan aparat setempat di Kamboja.
Sihanoukville, Kota yang Menjadi Tempat Pelarian
Sihanoukville dikenal sebagai salah satu kota pelabuhan yang ramai dengan aktivitas wisata. Namun dalam beberapa tahun terakhir, kota ini juga menjadi tempat persembunyian bagi beberapa pelaku kejahatan internasional karena mobilitasnya yang tinggi. Dewi diketahui menetap di wilayah tersebut dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Tim intelijen Indonesia bersama aparat setempat memulai pemantauan. Mereka memeriksa aktivitas Dewi, siapa saja yang ditemuinya, serta bagaimana ia mengatur distribusi barang dari Kamboja ke negara lain, termasuk Indonesia. Dari hasil pemantauan, terlihat bahwa Dewi memiliki jaringan lokal yang membantu proses pengiriman narkotika melalui jalur laut dan udara.
Penangkapan Tanpa Perlawanan
Setelah bukti-bukti yang terkumpul dianggap cukup kuat, aparat Kamboja menggelar operasi penangkapan. Dewi berhasil diamankan tanpa perlawanan berarti. Penangkapan tersebut menjadi bukti bahwa ia sudah merasa aman berada di luar negeri dan tidak menyangka jaringan yang dibangunnya sedang dipetakan dari jauh.
Aparat setempat langsung melakukan penggeledahan di lokasi tempat Dewi ditangkap. Sejumlah dokumen, alat komunikasi, dan catatan transaksi menjadi bukti tambahan yang sangat membantu proses penyidikan. Barang sitaan tersebut kemudian dianalisis untuk memastikan hubungan dengan kasus penyelundupan heroin yang digagalkan di Indonesia.
Kerja Sama Internasional Jadi Kunci Sukses
Kolaborasi aparat Indonesia dan Kamboja menjadi titik penting dalam keberhasilan operasi ini. Kerja sama lintas negara ini mencerminkan bahwa kejahatan narkotika internasional tidak bisa diberantas hanya oleh satu negara saja. Jaringan pelaku bisa dengan mudah berpindah lokasi, menggunakan teknologi modern, dan memanfaatkan celah hukum di berbagai negara.
Kepercayaan antar lembaga menjadi faktor penentu. Informasi yang diberikan oleh Bea Cukai dan BNN direspons cepat oleh aparat Kamboja. Begitu pula sebaliknya. Sinergi ini menjadi contoh bahwa penanganan narkotika membutuhkan koordinasi global.
Modus Operandi yang Terungkap dari Penangkapan Dewi
Dari rangkaian penyelidikan, modus operandi Dewi bisa dipetakan dengan lebih jelas. Ia memanfaatkan layanan ekspedisi internasional untuk mengirim barang haram ke Indonesia. Paket sering dikamuflase sebagai barang pribadi. Dalam beberapa kasus, ia menggunakan nama samaran serta alamat palsu agar jejaknya sulit ditelusuri.
Dewi juga bekerja dengan kurir yang tidak mengenalnya secara langsung. Ini dilakukan agar jaringan tetap aman jika ada salah satu kurir yang tertangkap. Namun, pola pengiriman yang serupa membuat aparat berhasil menghubungkan satu kasus dengan kasus lainnya.
Penangkapan yang Membuka Banyak Fakta Baru
Penangkapan Dewi bukan akhir dari penyelidikan. Justru, dari data-data yang disita, aparat mendapati adanya indikasi jaringan lain yang beroperasi lebih besar. Ada kemungkinan Dewi hanya salah satu simpul penting dalam rantai peredaran. Aparat Indonesia kini sedang menelusuri jalur dana, jaringan pemasok, hingga calon penerus yang mungkin sudah disiapkan.
Kasus ini menjadi bukti bahwa pemberantasan narkotika tidak hanya soal menangkap pelaku. Yang lebih penting adalah memutus seluruh rantai pasokan agar tidak ada lagi jalur distribusi yang bisa dimanfaatkan.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritagram.web.id
