indosiar.site Suasana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Jakarta Selatan tampak berbeda. Di balik pagar tinggi dan dinding kokoh, sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tengah serius menekuni kegiatan pelatihan kerajinan tangan berbasis daur ulang.
Mereka membuat miniatur ondel-ondel dari bahan bekas seperti kertas koran, plastik, dan botol air mineral. Meski sederhana, hasil karya mereka memancarkan semangat, ketelitian, dan kreativitas yang luar biasa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian yang diselenggarakan oleh pihak lapas untuk membekali para warga binaan dengan keterampilan yang dapat mereka manfaatkan setelah bebas nanti.
Menumbuhkan Kemandirian Lewat Kreativitas
Kepala Lapas Kelas I Jakarta Selatan mengatakan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian warga binaan. Ia menekankan bahwa pembinaan di dalam lapas tidak hanya fokus pada aspek disiplin, tetapi juga pada pengembangan potensi individu.
“Setiap warga binaan punya potensi untuk berubah dan berkarya. Lewat pelatihan seperti ini, mereka bisa belajar hal baru, mengasah kreativitas, dan memiliki keterampilan yang berguna di dunia kerja,” ujarnya.
Menurutnya, program semacam ini merupakan bentuk nyata dari visi pemasyarakatan modern — bahwa penjara bukan tempat penghukuman semata, melainkan wadah pembinaan menuju perubahan yang lebih baik.
Ondel-Ondel Sebagai Simbol Harapan
Ondel-ondel dipilih sebagai tema utama pelatihan bukan tanpa alasan. Boneka raksasa yang identik dengan budaya Betawi itu dianggap sebagai simbol semangat dan perlindungan dari hal buruk. Dalam konteks pelatihan ini, ondel-ondel menjadi metafora bagi semangat kebangkitan dan perlindungan diri dari masa lalu.
Para warga binaan mengaku menemukan makna mendalam ketika membuat kerajinan tersebut. Seorang peserta bernama Rudi, misalnya, mengatakan bahwa proses membuat ondel-ondel dari bahan bekas memberinya rasa bangga dan tenang.
“Dulu saya tidak pernah membayangkan bisa bikin karya dari barang bekas. Sekarang saya tahu, dari sesuatu yang dianggap sampah, kita bisa ciptakan sesuatu yang indah dan bernilai,” ujarnya sambil tersenyum.
Memanfaatkan Bahan Daur Ulang untuk Karya Bernilai
Salah satu keunikan dari pelatihan ini adalah penggunaan bahan daur ulang. Para warga binaan diajarkan cara mengubah limbah sederhana menjadi kerajinan bernilai ekonomi.
Instruktur pelatihan menjelaskan bahwa konsep ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga membantu warga binaan memahami pentingnya inovasi dan efisiensi sumber daya.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kreativitas tidak terbatas pada bahan mahal. Barang bekas pun bisa jadi peluang usaha kalau kita punya niat dan ketekunan,” kata sang instruktur.
Selain ondel-ondel, beberapa peserta juga mencoba membuat vas bunga, kotak penyimpanan, dan hiasan dinding dari bahan serupa. Semua karya itu nantinya akan dipamerkan di galeri hasil pembinaan Lapas Jakarta Selatan yang terbuka untuk umum pada waktu tertentu.
Langkah Nyata Menuju Reintegrasi Sosial
Pelatihan kerajinan tangan ini tidak hanya sekadar aktivitas pengisi waktu, tetapi juga bagian dari strategi reintegrasi sosial. Pihak lapas berharap program ini dapat membantu para warga binaan mendapatkan keahlian yang bisa dimanfaatkan setelah bebas, baik untuk bekerja di industri kreatif maupun membuka usaha sendiri.
Menurut Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas, sejumlah warga binaan alumni pelatihan sebelumnya telah berhasil membuka usaha kecil setelah menyelesaikan masa hukumannya. Ada yang membuat hiasan rumah, suvenir, bahkan memproduksi karya seni berbasis daur ulang untuk dijual secara daring.
“Tujuan utama kami adalah memutus rantai residivisme. Dengan keterampilan yang dimiliki, mereka punya harapan baru untuk hidup lebih baik dan mandiri,” ujarnya.
Dukungan dari Masyarakat dan Lembaga Swasta
Kegiatan pelatihan ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga sosial dan pelaku industri kreatif di Jakarta. Beberapa relawan turut menjadi mentor, membagikan pengalaman mereka dalam bidang wirausaha dan pemasaran.
Selain itu, hasil karya warga binaan juga dipromosikan melalui media sosial dan pameran komunitas. Hal ini menjadi bentuk apresiasi sekaligus langkah awal memperkenalkan karya mereka kepada masyarakat luas.
“Dukungan publik sangat penting. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat, proses reintegrasi akan berjalan lebih mudah. Mereka tidak lagi dipandang sebelah mata,” kata salah satu relawan pendamping.
Harapan Baru di Balik Jeruji
Bagi warga binaan, pelatihan ini lebih dari sekadar keterampilan tangan. Kegiatan ini menjadi terapi emosional dan spiritual yang membantu mereka kembali menemukan jati diri.
Salah satu peserta, Anton, mengatakan bahwa mengikuti pelatihan ini membuatnya merasa lebih dihargai. “Saya merasa hidup saya masih bisa berguna. Ketika karya saya dilihat orang dan diapresiasi, rasanya seperti ada harapan baru,” tuturnya.
Pelatihan ini juga membantu memperkuat rasa kebersamaan di antara para peserta. Mereka belajar bekerja sama, saling menghargai, dan mendukung satu sama lain.
Penutup: Dari Sampah Menjadi Makna
Artikel ini menggambarkan bagaimana pelatihan kerajinan tangan berbasis daur ulang di Lapas Jakarta Selatan menjadi ruang perubahan bagi warga binaan. Dari bahan sederhana seperti kertas dan plastik, mereka menciptakan karya yang sarat makna — tidak hanya sebagai hasil kreativitas, tetapi juga simbol kebangkitan dan harapan.
Program ini membuktikan bahwa setiap individu, di mana pun berada, selalu memiliki peluang untuk memperbaiki diri. Melalui kerja keras dan kreativitas, mereka tidak hanya menghasilkan karya seni, tetapi juga membangun masa depan baru yang lebih layak dan bermartabat.
Dari balik tembok lapas, terdengar pesan yang kuat: perubahan bisa dimulai dari selembar kertas bekas, selama ada niat dan semangat untuk memperbaiki diri.

Cek Juga Artikel Dari Platform otomotifmotorindo.org
