indosiar.site Lingkungan kampus idealnya menjadi ruang aman bagi seluruh sivitas akademika untuk belajar, bertumbuh, dan mengembangkan potensi diri. Kesadaran inilah yang terus diteguhkan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melalui berbagai kebijakan dan program yang berorientasi pada pembentukan kampus yang bermartabat, beretika, dan bebas dari segala bentuk perundungan.
UMS memandang bahwa keamanan psikologis dan sosial sama pentingnya dengan pencapaian akademik. Kampus bukan sekadar tempat transfer ilmu, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan.
Komitmen Berbasis Nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Sebagai perguruan tinggi berbasis nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), UMS menjadikan prinsip akhlak mulia, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat manusia sebagai fondasi utama kehidupan kampus. Nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan secara teoritis, tetapi juga diupayakan hadir dalam praktik keseharian sivitas akademika.
Komitmen kampus bebas perundungan diposisikan sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan ideologis institusi pendidikan Islam dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter.
Webinar sebagai Media Edukasi dan Refleksi Bersama
Salah satu upaya konkret UMS dalam memperkuat komitmen tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan kajian dan diskusi daring yang membahas isu-isu aktual seputar kehidupan kampus. Webinar bertema kampus bebas perundungan, diskriminasi, dan tindakan amoral menjadi ruang refleksi bersama bagi dosen, tenaga kependidikan, serta pemangku kepentingan lainnya.
Forum semacam ini dipandang penting sebagai sarana edukasi, penguatan kesadaran, sekaligus penyamaan persepsi mengenai bahaya perundungan dan pentingnya menciptakan lingkungan akademik yang sehat.
Penguatan Ideologi Melalui Webinar Series AIK
Webinar Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang digelar secara konsisten menjadi wadah strategis dalam memperkuat ideologi dan nilai-nilai dasar UMS. Program ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi telah menjadi forum pembelajaran berkelanjutan yang memperkaya perspektif sivitas akademika.
Melalui kajian-kajian tersebut, UMS menegaskan bahwa isu perundungan dan diskriminasi bukan persoalan sepele. Dampaknya dapat mengganggu kesehatan mental, menurunkan kualitas akademik, serta merusak iklim kampus secara keseluruhan.
Kampus sebagai Safe Academic Space
Konsep safe academic space menjadi salah satu gagasan utama yang ditekankan dalam berbagai kegiatan UMS. Kampus diharapkan menjadi ruang yang memungkinkan setiap individu merasa aman untuk menyampaikan pendapat, berekspresi, dan berkembang tanpa rasa takut akan intimidasi atau perlakuan tidak adil.
Lingkungan yang aman diyakini akan mendorong kreativitas, kolaborasi, dan produktivitas. Sebaliknya, perundungan dan diskriminasi berpotensi menciptakan trauma, konflik, serta ketimpangan relasi kuasa yang merugikan banyak pihak.
Perundungan sebagai Fenomena Serius di Dunia Pendidikan
Dalam kajian yang disampaikan oleh narasumber, ditegaskan bahwa perundungan dan diskriminasi merupakan fenomena serius yang masih ditemukan di berbagai institusi, termasuk lembaga pendidikan. Kampus tidak kebal dari masalah ini, meskipun seharusnya menjadi teladan dalam menjunjung nilai-nilai etika dan kemanusiaan.
Perundungan tidak selalu berbentuk kekerasan fisik. Ia bisa hadir dalam bentuk verbal, psikologis, hingga struktural. Jika dibiarkan, dampaknya dapat merusak kepercayaan diri korban dan mencederai tujuan pendidikan itu sendiri.
Tanggung Jawab Moral Kampus Beridentitas Islam
Sebagai kampus beridentitas Islam, UMS menempatkan dirinya sebagai garda terdepan dalam membangun lingkungan yang berkarakter. Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan aspek kognitif, tetapi juga pembentukan akhlak dan kepedulian sosial.
Kampus dipandang sebagai tempat lahirnya generasi berilmu dan berakhlak. Oleh karena itu, segala bentuk perundungan dan diskriminasi harus dicegah sejak dini melalui edukasi, regulasi, dan keteladanan.
Pendekatan Preventif dan Edukatif
UMS menekankan pendekatan preventif dalam menangani isu perundungan. Edukasi berkelanjutan, dialog terbuka, serta penguatan nilai menjadi langkah utama sebelum tindakan represif dilakukan.
Dengan meningkatkan literasi sivitas akademika mengenai dampak perundungan, diharapkan muncul kesadaran kolektif untuk saling menjaga dan menghormati. Pencegahan dinilai lebih efektif dibandingkan penanganan setelah masalah terjadi.
Sinergi Pimpinan, Dosen, dan Tenaga Kependidikan
Komitmen kampus bebas perundungan tidak dapat berjalan tanpa sinergi seluruh elemen kampus. Pimpinan universitas, dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa memiliki peran masing-masing dalam menciptakan iklim akademik yang sehat.
Keteladanan dari pimpinan dan pendidik menjadi faktor kunci. Sikap adil, terbuka, dan menghargai perbedaan akan membentuk budaya kampus yang inklusif dan bermartabat.
Kampus Sehat sebagai Bagian dari Visi Besar
Komitmen anti perundungan juga sejalan dengan visi UMS dalam membangun kampus sehat secara menyeluruh. Kampus sehat tidak hanya bebas dari kekerasan dan diskriminasi, tetapi juga mendukung gaya hidup sehat, lingkungan bebas asap rokok, serta kesejahteraan mental sivitas akademika.
Pendekatan holistik ini menunjukkan bahwa UMS melihat pendidikan sebagai proses menyeluruh yang menyentuh aspek intelektual, spiritual, dan sosial.
Harapan terhadap Generasi Akademik Berkarakter
Melalui berbagai inisiatif tersebut, UMS berharap dapat melahirkan generasi akademik yang tidak hanya unggul secara keilmuan, tetapi juga memiliki empati, integritas, dan tanggung jawab sosial.
Mahasiswa diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu membawa nilai-nilai anti perundungan ke tengah masyarakat, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial.
Kesimpulan: Komitmen Nyata Menuju Kampus Bermartabat
Peneguhan komitmen UMS sebagai kampus bebas perundungan mencerminkan keseriusan institusi dalam menjaga martabat dunia pendidikan. Melalui penguatan nilai AIK, edukasi berkelanjutan, dan sinergi seluruh sivitas akademika, UMS berupaya menciptakan lingkungan yang aman dan berkeadilan.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk memastikan kampus tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan kemanusiaan yang luhur.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritabumi.web.id
